ME TIME “KEKUNOAN” ALA EMAK BLOGGER
Halaman depan Museum Nasional gedung baru |
Me Time itu penting untuk setiap wanita yang sehari-harinya sudah sibuk bergelut dengan berbagai aktifitas. Sebagai seorang emak-emak yang saat ini juga sibuk dengan kegiatan sebagai blogger, waktu untuk diri sendiri merupakan saat yang berharga. Menikmati satu hari menjadi diri sendiri tanpa embel-embel tugas dan kewajiban adalah sebuah hal yang sangat saya nantikan.
Me Time Ngapain aja?
Ada beberapa pilihan Me Time yang sangat saya sukai seperti membaca buku, berkumpul bersama teman-teman, berkomunitas atau mengikuti kursus singkat berbagai macam ketrampilan maupun kelas pengembangan diri.
Kali ini saya memutuskan untuk berlibur, seorang diri tentu saja. Liburan tipis-tipis, masih di seputar Jakarta saja. Maka, pada suatu hari Minggu kuturut ayah ke kota… Ups, buka ke kota deh, tapi ke Museum Nasional. Saya sangat menyukai sejarah masa lalu dan kisah-kisah dibaliknya. Entah kisah nyata yang tercatat dalam berbagai dokumen, ataupun kisah yang telah menjadi legenda. Lalu, apakah akan menjadi sebuah legenda wisata? Aish, bukan nama perumahan lho, ya tapi demikianlah adanya.
Jujur, saya tidak tahu apa yang dilakukan orang lain di museum selain melihat koleksi-koleksinya. Karena ini adalah waktu pribadi, maka saya putuskan melakukan apapun yang terbetik dalam pikiran saat sesampainya di tempat tujuan. Saya pergi tanpa rencana tapi dengan persiapan. Bagaimanapun juga saya terbiasa melakukan sesuatu dengan persiapan, seperti membawa bekal serta tongsis dan pernik-pernik lain yang sekiranya akan dibutuhkan nanti. Tidak bisa benar-benar spontan memang, karena saya tahu di sana sulit mencari makanan. Yah, setidaknya untuk saya yang pemalas ini, daripada repot mencari-cari makanan saat lapar lebih baik membawa bekal.
Menonton Drama Sejarah
Berpose bersama pemeran Deendels |
Saat itu di museum nasional sedang diadakan beberapa kegiatan yang ternyata telah menjadi agenda rutin. Salah satunya adalah “Akhir Pekan di Museum”, sebuah platform memperkenalkan sejarah melalui pentas drama. Drama yang dipentaskan oleh theater Koma ini menceritakan kisah tentang Gubernur Jenderal Herman Willem Deendels saat membangun jalan raya pos. Jalan yang terbentang antara Anyer sampai Panarukan itu telah menyebabkan banyak korban rakyat pribumi. Rakyat yang gagal memenuhi tenggat atau harapannya langsung dihukum pancung.
Kisah sejarah yang kelam dipentaskan dengan ringan dan penuh humor namun tetap sesuai dengan fakta sejarah, ternyata disukai anak-anak. Memang target penontonya adalah anak-anak, namun bagi saya, menyaksikan pentas ini adalah hiburan yang menyenangkan. Menyegarkan ingatan akan sejarah panjang bangsa Indonesia yang pernah berada pada masa pahit dalam kekuasaan penjajah.
Kerena menonton seorang diri, maka bisa sesuka hati memutuskan sampai kapan berada disitu. Tidak ada nada protes atau memaksa ingin ke tempat lain, jadi saya bertahan sampai akhir. Me Time kali ini, meski bebas tapi di kepala saya sudah terencana satu atau dua artikel yang akan saya tulis di blog (Emak Blogger emang gitu…hehehehe). Foto-foto dokumentasi otomatis saya kumpulkan termasuk menyempatkan diri berfoto bersama pemain
Selfi Bersama Artefak
Ber”selfie” ria bersama arca |
Setelah berfoto ria bersama pemain drama, saya pun berfoto bersama artefak. Merekalah alasan saya berada di sana sejak awal. Ada bebrapa foto yang saya minta tolong orang lain untuk mengambilkan jika posisinya tidak memungkinkan untuk swafoto. Namun seringnya saya menggunakan tongsis untuk mengambil gambar.
Keasyikan saya ber-selfi sering diinterupsi orang-orang yang meminta tolong saya mengambilkan gambar untuk mereka. Karena saya orang yang baik hati, maka saya bebrapa kali menjadi tukang foto bagi turis lokal maupun internasional. Beberapa turis internasional bahkan mengajak saya bercakap-cakap seputar koleksi museum.
Kontemplasi
Me time: duduk sendirian di antara arca- kontemplasi |
Apa saya terganggu dengan pandangan penuh tanya pengunjung lain saat sedang duduk selonjoran di dekat tiang sambil memandang taman dengan tatapan hampa? Oh, tentu tidak. Ketika asyik dengan pikiran-pikiran dalam kepala, saya tidak peduli dengan orang lain. Lagipula ini adalah salah satu tujuan Me Time. Memiliki waktu untuk diri sendiri, memikirkan berbagai hal, dan melakukan kontemplasi.
Berbagai ide maupun cuplikan-cuplikan beberapa situasi dan masalah bermunculan. Saya hanya berdiam diri dan berusaha mendengarkannya. Mencoba melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Perbedaan persepsi itu ternyata berguna bagi kesehatan mental saya. Beberapa masalah yang awalnya memberatkan pikiran dan membebani perasaan tiba-tiba terlihat lebih sederhana. Perasaan sedih, marah dan bingung yang awalnya saya rasakan sekarang berganti kelegaan. Rupanya kita memang perlu memisahkan diri dari masalah supaya memiliki pandangan yang lebih luas.
Berkhayal Sesuka Hati
Me Time: Berkhayal sesuka hati |
Memandang artefak beberapa arca di Museum Nasional, membuat saya membayangkan tangan manusia di zaman yang terentang ratusan tahun lalu saat memahat patung-patung itu. Khayalan saya melayang ke sebuah masa yang entah kapan. Lalu saya membayangkan konflik apa yang di alami oleh si pembuat patung jika sang pemesan patung adalah orang berkuasa yang tidak puas? Hmmm.. ataukah dia mempersembahkan patung-patung itu sebagai hadiah bagi kekasih hatinya?
Berkhayal sambil duduk di lantai memandangi patung batu memancing beberapa pengunjung melirik atau bahkan menengok ke arah saya. Meski ini Me Time, tapi di museum saat itu sedang ramai jadi saya tidak benar-benar sendirian. padahal jelas-jelas saya sedang dalam mode tidak ingin diganggu, masih saja ada pengunjung yang bertanya ini itu , seperti bertanya tentang lokasi beberapa koleksi yang mereka cari, lokasi toilet, bahkan ada yang bertanya tempat membeli makanan karena saat itu memang sudah waktunya makan siang. Kadang sering timbul pertanyaan apakah di dahi ini ada tulisan “informasi” hingga membuat orang datang dan bertanya?
Khayalan tak bisa terlalu panjang, hanya sebatas sebuah cerpen saja belum menjadi novel, karena saya pun merasakan lapar juga. Akhirnya saya beranjak dan meningalkan tempat koleksi arca menuju ke ruang umum atau lobby museum untuk mengambil tas yang dititipkan dan menikmati bekal makan siang, sendirian. Beberapa mata menatap penuh tanya. Barangkali sedang berpikir, kenapa ada emak-emak duduk di pojokan dan makan sendirian di museum sebesar itu?
Bergembira secara Sederhana
Saat duduk di lobby dan menikmati makan siang saya bertemu dengan beberapa orang yang juga sedang duduk beristirahat. Awalnya hanya senyuman lalu akhirnya terjadi sebuah pembicaraan. Hanya pembicaraan sederhana tapi menyenangkan.
Kebetulan juga saat itu sedang digelar acara bertema permainan tradisional, saya terlibat dalam sebuah permainan adu dam das. Sebuah pertandingan yang lucu dan seru dan saya berhasil memenangkan pertandingan tersebut. Sebagia #Emak2penggemargoodiebag tentu saja saya merasa riang gembira mendapatkan hadiah yang tak disangka.
Kemudian ada hal aneh terjadi. Ya, saya yang tadinya hanya iseng saja ikut-ikutan acara tersebut justru menjadi salah satu peserta pertandingan tarik tambang. Saya bergabung bersama tim ibu-ibu pengunjung yang sedang mengantar anaknya plesiran. Tim kami kalah, badan pun remuk redam, tapi hati bahagia.
Setelah lelah seharian bertualang di museum, saya memutuskan untuk mengakhirinya. Me Time kali ini berakhir dengan hari gembira dan otot yang pegal. Me Time berikutnya kemana ya asyiknya? Pikirkan nanti sajalah, sekarang saya harus pulang kembali kepada keluarga tercinta dan bersiap menghadapi rutinitas dengan energi terbarukan. Me Time ‘kekunoan” ala emak blogger telah berhasil melepas penat dan menumbuhkan semangat baru menyambut hari esok. Semangat, yes!
Ketemu Pak Jokowi |
Salam
Eka Murti