Kajian Penggunaan Mobil Listrik di Indonesia dalam Sebuah Diskusi Terpumpun bersama LDII

FGD LDII

Sebuah diksusi kelompok terpumpun (FGD) diselengarakan oleh LDII di kantornya di kawasan Patal Senayan Jakarta pada hari Rabu 12 Februari 2020 mengenai penggunaan mobil listrik menggantikan mobil berbahan bakar fosil. dengan tema “Menyongsong Era Mobil Listrik Nasional”. 
Perkembangan zaman mengubah arah penggunakan bahan bakar minyak untuk kehidupan. Khususnya untuk penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor memiliki dampak bagi lingkungan, selain polusi udara dan suara juga sumber bahan bakar yang tidak terbarukan. Bahan bakar minyak sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mulai ditingalkan dan digantikan dengan bahan bakar terbarukan. Seperti kita ketahui bahan bakar bensin akan semakin langka  dan tidak ramah lingkungan karena sisa pembuangan pembakarannya menyebabkan polusi.

Mobil listrik kini bukan sekadar wacana, namun untuk penggunaan secara menyeluruh masih membutuhkan kajian lebih dalam tentang persiapan dan kesiapan Indonesia dalam membangun infrastruktur dan kesiapan tenaga ahli serta bahan baku. Dalam diskusi tersebut hadir sebagai narasumber: Dr Aziz Syamsudin MSc wakil DPR RI; Dr. Ir.Dedid Cahya Happyanto, MT. Lektor Kepala Politeknik Elektronik Negeri Surabaya; perwakilan Kementrian Perindustrian;  Singgih Januratmoko, MM, Anggota Komisi VI DPRRI 2019-2024; serta dari PT. Bakrie Autoparts. Peserta berasal dari berbagai organisasi dan interen warga LDII.
Diskusi ini penting mengingat perlunya persiapan bangsa Indonesia menghadapi perubahan zaman dengan munculnya mobil listrik sebagai sarana transportasi di Indonesia. “Bila lingkungan rusak, ibadah pun sulit dan kesejahteraan masyarakat merosot. Lingkungan berdampak secara pribadi maupun sosial. Untuk itu LDII sangat  memerhatian isu-isu lingkungan sekaligus memberi solusi,” ujar Ketua Umum DPP LDII, Prof. Dr. Abdullah Syam.MSc. LDII terus mendorong warganya untuk berinovasi membantu pemerintah dalam penyelamatan lingkungan, termasuk wacana penggunaan mobil elektrik menggantikan mobil berbahan bakar fosil.
Kendaraan berbahan bakar fosil akan mengakumulasi karbon yang dapat merusak ozon. Permasalahan kerusakan lingkungan akan berdampak pada kehidupan manusia. Mobil listrik merupakan solusi dalam mengurangi kerusakan lingkungan karena menggunakan bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan. LDII mempersiapkan warganya menyongsong era mobil listrik nasional dengan mengetengahkan visis misi LDII dalam pelestarian lingkungan melalui forum diskusi ini.
Dr Aziz Syamsudin MSc wakil DPR RI dalam diskusi di gedung LDII tersebut mengatakan “Apa yang akan terjadi di masa depan adalah sebuah bentuk kemajuan teknologi melalui perjalanan tahapan-tahapan revolusi industri. Saat ini kita menyongsong industri 4.0”. Mobil listrik bukan tak menghasilkan sampah. Batere yang digunakan mengandung bahan-bahan berbahaya yang akan menumpuk dan menjadi masalah lingkungan. Efek samping penggunaan mobil listrik secara luas perlu diperhatikan sbg bahan pertimbangan dalam diskusi terpumpun ini.
Dr. Ir.Dedid Cahya Happyanto, MT. Lektor Kepala Politeknik Elektronik Negeri Surabaya, menjelaskan mobil listrik menjawab tantangan zaman dimana bahan bakar minyak suatu saat akan habis.

Tiga fase penerapan mobil listrik :

Fase 1 mengubah mobil BBM menjadi hybrid. Menggunakan BBM disaat tidak ada sumber daya listrik. 
Dengan sitem plug and play.
Fase 2 hybrid yang sudah ada di pasaran saat ini.
Fase 3 full mobil listrik. 
Kebutuhan yang harus dipersiapkan untuk menyongsong penggunaan mobil listrik secara luas antara lain: persiapan infrastruktur, tempat pengisian daya serta tenaga teknis yang memahami mobil listrik jika dipakai secara luas oleh masyarakat.
Kementrian perindustrian berusaha mengatasi defisit perdagangan dengan mengurangi impor BBM, dengan penggunaan biofuel, dalam hal ini biodisel. Animo masyarakat lebih tinggi untuk memproduksi motor listrik dibanding mobil maupun bus listrik. Motor listrik memiliki nilai ekonomis yang menjadi pertimbangan konsumen Indonesia.
FGD LDII
Peserta berkesmpatan mencoba bus listrik Trans Jakarta dari kantor LDII mengelilingi kawasan senayan dan kembali ke depan halaman gedung LDII. Selain nyaman bus ini sama sekali tidak berisik alias tidak menghasilkan suara bising mesin seperti bus lainnya. Tentu saja selain faktor lingkungan faktor ekonomi juga menjadi pertimbangan penting. Diskusi ini telah memberi pandangan yang luas bagi warga LDII khususnya serta masyarakat luas tentang mobil listrik dari segala aspek, baik teknis, regulasi maupun perekonomian.
Salam
Eka Murti
0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

You May Also Like