JELAJAH DATARAN TINGGI DIENG SEBUAH PERJALANAN MENUJU NEGERI KHAYANGAN

Mendengar nama Dieng langsung terbayang sebuah kawasan dengan udara yang dingin, hembusan angin semilir, bentangan perkebunan hijau. Tanah subur dengan banyak peninggalan bersejarah dan bentangan gas alam yang menggelegak.  Kemudian muncul sekelebat ingatan tentang kisah dibalik kawah Sikidang yang terkenal itu.


Bagi saya  Dieng merupakan tujuan wisata yang sudah menjadi prioritas untuk dikunjungi sejak lama.  Awalnya karena terletak di wilayah Jawa Tengah saya pikir akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk dapat menikmati liburan di sana. Namun ternyata Dieng bisa dinikmati saat akhir pekan. Untuk pekerja yang jenuh di Jakarta bisa melepas penat sejanak menikmati keindahan alam Dieng.


Dataran Tinggi Dieng, Sebuah Keunikan Tradisi dan Keindahan Alam Penuh Misteri

Setelah bersepakat dengan teman-teman, kami memutuskan menghabiskan akhir pekan di Dieng. Kami memutuskan untuk mengambil salah satu paket wisata agar lebih mudah dalam mengurus segala sesuatunya. Karena kami belum memahami seluk beluk kawasan Dieng secara menyeluruh.


Perjalanan Panjang yang Tak Mudah

Perjalanan dari Jakarta ke Dieng ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat. Beruntung saat ini sudah ada Tol Trans Jawa sehingga memudahkan akses ke Dieng yang terletak di perbatasan dua kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo Jawa Tengah. Jalur yang ditempuh melewati kabupaten Pemalang kemudian Kanjen dan jalur menanjak terus hingga tiba di Dieng.  


Jalur yang ditempuh sungguh tidak mudah karena menanjak dan berkelok-kelok. Bagi orang yang mudah mengalami mabuk perjalanan jalur ini tentu akan menyebabkan ketidaknyamanan.  Namun dengan semangat membara membayangkan tempat tujuan akhir perjalanan ini tak ada satu pun yang mengeluh.


Pikiran dan angan-angan kami sudah melampaui jalur demi jalur yang dilalui. Setelah menempuh perjalanan jauh semalaman saat fajar menyingsing menyingkap tabir gelap. Terbentang keindahan alam pegunungan dengan kebun-kebun sayur yang mulai dipanen oleh para petani merupakan anti thesis dari ketergesaan pagi di ibu kota.


Akhirnya sampai juga langkah kaki ini menjejak negeri khayangan.  Sesaat keluar dari kendaraan langsung dihadang hawa dingin yang mengigit. Menghirup oksigen yang bersih memberi oase bagi kepekatan polusi yang sehari-hari dihirup. Damai. Satu kata yang menelisik ke dalam hati dan pikiran.


Sarapan Mie Ongklok di sebuah warung makan dengan segelas teh hangat menyapu kelelahan dan menggantikannya dengan energi baru.  Meski tak nyenyak tidur di perjalanan namun tak mengurangi antusiame untuk mulai menjelajah dan bertualang.


Mungkin agak terlalu berlebihan jika disebut bertualang karena kami bukanlah petualang yang menjelajah alam liar. Namun perjalanan ini pun merupakan petualangan dalam hidup. Menikmati hidup dan menjalaninya dengan gembira adalah sebuah petualangan juga bukan?


Kawah Sikidang yang Misterius



Dieng memiliki banyak kawah yang mengeluarkan material vulkanik,  gas dan uap air. Kawah aktif di Dieng selalu dipantau oleh PVMBG melalui Pos Pengamatan Dieng di Kecamatan Karang Tengahkarena berbahaya bagi keselamatan masyarakat.Seperti pada tahun 1979 kawah Sinila meletus, warga banyak yang terperangkap gas beracun hingga tak dapat menyelamatkan diri.


Uniknya kawah di Dieng ini berpindah-pindah lokasi. Kawah besar aktif saat ini adalah Si Kidang. Tak pelak Si Kidang pun memiliki legenda tersendiri. Kawah yang menggelegak menjadi metafora luapan emosi kemarahan pangeran Kidang Garungan.


Seperti kisah legenda lainnya yang memiliki latar beakang asmara, kisah pangeran Kidang Gerungan yang memiliki tubuh manusia serta berkepala kijang ini pun demikian. Seorang gadis cantik bernama Shinta Dewi membuatnhya jatuh cinta dan ingin menjadikannya sebagai istri.


Gadis cantik yang ingin menolak lamaran lantaran penampakan sang Pangeran yang seperti itu pun memberikan tantangan yang sulit dipenuhi. Menggali sumur yang harus dikerjakan sendiri oleh sang Pangeran.


Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, hasil kerja kerasnya menggali justru menciptakan lubang kubur bagi dirinya sendiri. Shinta Dewi dan warga menguruk pangeran Kidang Garungan. Kemarahan meletup-letup yang kemudian mewujud sebuah kawah itulah yang dinamakan Kawah Si Kidang.


Apapun latar belakang legenda saat mengunjungi kawah Si Kidang kita harus selalu waspada. Turuti semua peraturan keselamatan agar dapat berwisata dengan nyaman.


Telaga Warna yang Menakjubkan



Dieng bukan hanya kawah yang menggelegak dengan semburan gasnya saja, Namun ada sebuah keindahan hasil bertahun-tahun proses vulkanik, selain keindahan telaga yang warnanya berganti-ganti ini terdapat beberapa tempat untuk melakukan ritual semedi atau bertapa.


Salah satu tempat semedi yang terkenal adalah goa semar. Selain itu masih ada beberapa goa lain. Namun saat ini goa-goa tempat semedi itu tak lagi digunakan hanya sebatas tempat wisata. Mengelilingi telaga warna membawa kesenangan tersendiri.  Tempat yang tepat untuk melepas lelah dan mensyukuri ciptaan Illahi.


Duduk dan hanya menikmati pemandangan memberikan waktu jeda melepas pikiran kusut dan melupakan problematika kehidupan sehari-hari. Rasanya benar-benar damai dan ingin berlama-lama menikamti suasan santai ini. Namun tentu saja masih banyak tempat yang harus dikunjungi.


Dieng Plateu Theater

Theater yang memutar film dokumenter tentang Dieng dari segala sudut pandang. Termasuk kejadian kawah meletus yang mengakibatkan korban jiwa. Serta panas bumi yang menjadi sumber energi. Dengan pipa-pipa besar yang meliuk kesana-kemari mengantar panas bumi untuk pembangit listrik. Dieng merupakan salah satu lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).


Mengejar Matahari Terbit

Matahari terbit merupakan fenomena sehari-hari jadi sesungguhnya hal tersebut sangat biasa. Tetapi akan menjadi luar biasa jika kita menikmati saat-saat matahari terbit di tempat  istimewa. Dieng memberi pemandangan indah saat matahari terbit.


Bagi yang benar-benar berjiwa petualang tentu saja akan mengejar matahari terbit di ketinggian Prau. Sikunir tentu menjadi pilihan. Tapi kami tak bisa memilih lokasi tersebut karena tidak semua sanggup mencapai lokasi sesuai waktu yang ditentukan.


Kesempatan menikmati matahari terbit di Dieng tentu tak boleh dilewatkan, tapi kenyamanan tetap nomor satu. Akhirnya tercapai kesepakatan menikmatinya dari batu Angkruk. Loaksi yang lebih mudah dicapai dengan keindahan pagi yang tak terlupakan.


Make Story Conserve History



Berlibur ke Dieng tak boleh melewatkan kawasan Candi. Sejak zaman dahulu raja-raja Jawa menempatkan Dieng sebagai kawasan beribadah. Dibangunlah candi-candi yang dinamai sesuai Pandawa Lima. Candi Arjuna paling sering dikunjungi oleh wisatawan.


Melihat berbagai keindahan alam dan sejarah Dieng membawa kebanggaan tersendiri sebagai bangsa Indonesia. Kekayaan budaya dengan cagar alamnya, keindahan alam dengan hasil bumi yang bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat pun kekayaan hasil bumi dari ladang-ladang yang subur.




Suatu akhir pekan di Dieng adalah sebuah perjalanan menuju pemahaman akan kehidupan yang terus berputar. Kita menciptakan cerita kehidupan kita sendiri. Demikian pula manusia-manusia sebelum kita yang meninggalkan jejak bangunan bersejarah. Sungguh tak elok jika kita merusaknya.


Memang benar Wisata ke Dieng akan meninggalkan bekas dalam hati. Terukir seperti prasasti dalam jejak kehidupan. , bahwa pada suatu waktu saya pernah menjejakkan kaki di negeri khayangan dengan segala keindahan dan keunikannya. Hati, jiwa dan pikiran menjadi tenang hanya dengan berada dan menghirup udara Dieng.

 


Salam

Eka Murti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.