IFW2019 MOUZA THE ARMOURY: KELEMBUTAN DAN KEKUATAN SEORANG PEREMPUAN

THE ARMOURY BY DINI FITRIYAH

The Armoury atau gudang senjata adalah tema yang diusung Dini Fitriyah dalam Indonesia Fashion Week 2019. Inspirasi yang hadir dari situasi perang di belahan dunia lain dimana perempuan muslimah turut terlibat di dalamnya. Kelembutan dan kekuatan adalah dua sisi pada satu koin bernama perempuan.  

Koleksi The Armoury

THE ARMOURY BY DINI FITRIYAH
Sisi feminin dalam sosok muslimah tak lantas hilang saat seorang muslimah menyandang senjata dan siap bertempur sekalipun.  Garis potongan yang tegas dengan bentuh A serta H line pada gamis yang menjadi ciri khas Mouza, diaplikasikan menggunakan bahan Twill Drill Sergio dengan pattern hijau, army dan coklat kombinasi motif tentara. Ditambah asesoris emblem serta lambang-lambang ketentaraan internasional, tak lupa perpaduan ring, rantai peterband semakin memunculkan sisi lain seorang muslimah yang berani, mandiri namun juga elegan dan berkelas.
Garis-garis tegas menampakan kekuatan pada sosok feminism muslimah. Menonjolkan sisi kemandirian, keberanian dan kebebasan dalam menentukan pilihan profesi serta tetap dalam batasan syariat yang dianjurkan dalam islam menjadi ciri khas yang diwujudkan dalam 9 outfit pada fashion show hari pertama di Planerry Hall, JCC Jakarta.
THE ARMOURY BY DINI FITRIYAH

THE ARMOURY BY DINI FITRIYAH
Mengenakan gamis tak lantas membuat seorang wanita nampak lemah dan rapuh, itulah yang selalu menjadi kekuatan dalam desain-desain gamis oleh Dini Fitriyah yang mengusung merk Mouza dalam produksinya.
Indonesia Fashion Week 2019 berlangsung pada 27-31 Maret 2019, merupakan ajang tahunan yang digelar oleh APPMI (Asisiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia). Tahun ini tema besar yang diusung adalah Cultural Values. Venue di area lobby dirancang dengan maneukin-maneukin yang mengenakan kain-kain serta tenun nusantara, khususnya Kalimantan. Dengan hutan tropis yang mengelilingi serta orang utan sebagai simbol pelestarian alam Indonesia.

Kekuatan Seorang Muslimah

THE ARMOURY BY DINI FITRIYAH
Meskipun mengenakan gamis, namun ruang gerak yang dibutuhkan seorang tentara wanita samasekali tidak terhalang. Justru membuat dua sisi kelembutan dan kekuatan menyatu dalam outfit yang dikenakan. Gagah berani menuju medan perang.
Sebagai perempuan yang cenderung tomboy, saya sangat menyukai koleksi The Armoury ini. Gamis model A membuat langkah leluasa bergerak bahkan melompat dan berlari. Hidup di Jakarta yang kemana-mana menggunakan kendaraan umum seperti bus Trans Jakarta atau Commuter Line membutuhkan pakaian yang nyaman dan mengakomodasi gerak yang tangkas.
Pengguna transportasi umum seperti saya tentu juga merasa seperti berada di medan perang saat harus bergegas menyebrangi jembatan penyebrangan untuk mengejar bus saat transit. Berdesakan di kereta dalam perjalanan menuju ke tempat kerja atau pulang ke rumah. Model-model gamis The Armoury membuat penggunanya akan merasa gagah berani dan tentu saja tetap nyaman.
Jujur saja, saat melihat barisan “tentara” Dini Fitriyah ini saya langsung memilih-milih mana yang ingin saya coba. Pasti keren sekali kalau memakainya ke sebuah acara apalagi dipadupadankan dengan sepatu boot. Hmmm…
 DINI FITRIYAH ke dua dari kiri 
Dalam acara jumpa pers setelah peragaan busana digelar, Dini Fitriyah menyatakan mempersiapkan ke Armoury dalam waktu satu bulan. Ini juga merupakan ciri khas Dini yang seringkali muncul ide-ide disaat tak terduga dan langsung mengeksekusinya dalam waktu singkat. Karena inspirasi sering muncul dan berubah-ubah. Itulah sebabnya untuk tahun depan Dini menyatakan belum memiliki gambaran tema apa yang akan diusungnya. Seiring waktu berjalan ide bisa saja berubah dan bertambah.

IFW 2018 lalu Dini Fitriyah pertama kali mengikuti ajang ini dengan menggelar koleksinya yang juga dipersiapkan dalam waktu singkat. https://www.jagatmaheswari.com/2018/04/dini-fitriyah-pernah-bangkrut-kini.html

Namun yang pasti, Sejak peragaan busana tahun lalu yang diikutinya pertama kali Dini selalu konsisten dengan Gamis yang seusai syariat namun tidak terlalu feminim, ini sesuai dengan kepribadiannya yang dinamis. Tentu saja juga sesuai dengan minat penggemar Mouza karena produksinya selama ini selalu diminati dan diserap pasar dengan cepat.
Dini berharap, perempuan Indonesia tidak membatasi diri dalam pilihan berpakaian akibat tuntutan pekerjaan.
Salam,
Eka Murti

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

You May Also Like