Indonesia terkenal dengan keragaman Wastra Nusantara, beberapa diantara yang terkenal di dunia adalah batik dan tenun. Namun tak banyak orang yang tahu tentang kain lantung khas Bengkulu.
Lantung Khas Bengkulu
Wastra merupakan sebuah istilah yang diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti kain. Menurut Kamus Mode Indonesia, wastra mengacu pada kain yang dibuat dengan cara apapun–termasuk rajutan dan kulit kayu–dan tidak harus dikembangkan secara tradisional. Bedanya dengan tekstil, tekstil cenderung mengacu pada tenunan mesin.
Dengan demikian, wastra nusantara berarti semua kain yang tidak dibuat dengan mesin dan tersebar di seluruh nusantara. Dengan keragaman suku di Indonesia juga mempengaruhi proses pembuatan ragam wastra nusantara yang memiliki teknik berbeda-beda dengan keunikannya masing-masing.
Kain lantung sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Kekayaan budaya tak benda di Indonesia mewarnai keragaman budaya bangsa. Tak terkecuali kain lantung yang memiliki sejarah unik.
Konon kain lantung tercipta dari keadaan serba kekurangan di masa penjajahan Jepang. Kebutuhan sandang tak bisa dipenuhi karena saat itu rakyat hidup susah dibawah tekanan Jepang.
Kondisi ini membuat masyarakat Bengkulu mencari alternatif untuk membuat pakaian. Membeli kain katun atau drill misalnya sudah tidak memungkinkan mengingat kemiskinan masyarakat akibat penjajahan Jepang. Untuk makan sehari-hari saja sudah sangat kekurangan.
Pada sekitar tahun 1943 masyarakat Bengkulu berhasil menemukan alternatif pembuatan bahan pakaian dari kulit kayu berbagai jenis tanaman di hutan. Awalnya dicari jenis pohon yang kulitnya bergetah, karena kulit kayu yang mengandung getah tidak mudah rusak. Hingga akhirnya pilihan jatuh pada kain lantung hasil olahan kulit kayu pohon karet, hutan, ibuh, trap dan kedui yang sudah tua umurnya. Semakin tua umur pohon semakin baik mutu kain lantung yang dihasilkan
Proses Pembuatan Kain Lantung
Kain lantung terbuat dari pohon terap atau tekalong dikenal dengan nama ilmiah Artocarpus elasticus sejenis sukun-sukunan dan biasanya tumbuh di dataran rendah. Buahnya bisa dikonsumsi secara langsung, sedangkan daun dan bagian kulitnya biasa diolah menjadi berbagai macam obat tradisional.
Bagian kulit ini juga yang menjadi material pembuatan kain lantung. Prosesnya sederhana namun membutuhkan keteletitian dan kesabaran agar mendapat hasil yang bagus.
Pertama-tama kulit kayu dikelupas secara perlahan hingga membentuk lembaran. Kulit kayu Terap ini tidak kaku karena terdapat getah yang membuatnya halus dan elastis. Lembaran kulit kayu selanjutnya dipukul-pukul agar menjadi tipis, lebar dan rata. Setelah dipukul hingga menjadi lebih lebar kemudian dicuci hingga bersih dan dijemur. Proses ini untuk mematikan jamur hingga bisa awet lama serta kain tidak mudah sobek. Nah, sekarang kain lantung siap digunakan untuk berbagai keperluan.
Berkenalan dengan Semilir
Alfira Oktaviani saat menjalani masa kuliah di Yogyakarta mempelajari tentang ecoprint, yaitu Teknik mencetak dan mewarnai kain dengan bahan-bahan alami. Meski menggunakan bahan alami hasilnya selain unik juga menghasilkan warna dan model cetak yang otentik.
Dalam proses mempelajari ecoprint inilah dia mengenal kain lantung yang ternyata jika diolah bisa mengahsilkan produk fashion bernilai tinggi.
Untuk memasarkan produknya Alfira menggunakan merk “Semilir”. Ternyata kayu lantung yang digunakan di Yogyakarta ini justru berasal dari kampung halamannya di Bengkulu. Pencarian asal muasal kain lantung mengantarnya pada petani-petani di Bengkulu. Sejak saat pertemuan itu dia berhasil menghidupkan kembali aktivitas petani dan pengrajin kayu lantung yang sempat mati suri di Bengkulu. Semilir berhasil menghidupkan ekosistem ekonomi di Bengkulu dan Yogyakarta sekaligus.
Penghargaan SATU Indonesia
PT Astra International Tbk memberikan apresiasi bagi generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air melalui Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Apresiasi Astra yang diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Eksplorasi Semilir yang dilakukan Alfira ini telah berhasil memberi inspirasi kewirausahaan dengan material lokal yang penuh makna dan nilai-nilai tradisi bangsa. Sejak berdirinya semilir Alfira telah berhasil menghidupkan kembali petani dan pengrajin kulit lantung di Bengkulu. Sekitar 10 keluarga menjadi pemasok semilir ekoprint yang telah menghasilkan hampir 100 produk. Omzet per bulannya sekarang sudah mencapai puluhan juta rupiah.
Sementara di Yogyakarta Semilir selain mengelola semilir ecoprint, Alfira juga membina ibu-ibu di sekitar rumahnya untuk bisa membuat produk-produk Semilir. Mengusung Eco Green yang ramah lingkungan Semilir menghasilkan aneka kerajinan handmade sepert tas, sepatu, topi, kipas ,payung, selendang dan lain-lain.
Masa Depan Semilir dan Tradisi Kain Lantung
Sebagai sebuah usaha semilir terus mengeskplorasi berbagai kemunginan pengembangan dan inovasi produk khususnya kain lantung. Warisan budaya tak benda dari Bengkulu berupa kulit lantung bisa dijadikan produk kerajinan yang memiliki nilai yang tinggi.
Kedekatan dengan alam, pelestarian tradisi bangsa serta berkembangnya wirausaha di Indonesia melalui kain lantung Alfira Oktaviani berhasil menjadi salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia bidang kewirausahaan pada tahun 2022.
Alfira berencana melakukan ekspansi ke depan menjadikan Semilir sebagai sebuah carporate souvenir yang berasal dari material kain lantung. Semilir hembuskan angin segar khasanah wastra nusantara untuk Indonesia yang lebih baik hari ini dan masa depan.
Salam
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia