Nasib Petani Tambak Udang di Indonesia
Sebagai negara kepulauan Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya hasil laut yang besar. Selain hasil tangkapan ikan di laut juga terdapat potensi besar dari perairan darat seperti tambak udang.
Petani tambak udang banyak terdapat di pesisir Utara maupun Selatan Pulau Jawa. Meski terdapat potensi pasar yang besar untuk produk udang namun menjadi petani tambak udang tidaklah mudah. Gagal panen karena berbagai sebab menjadi teror yang menakutkan. Gagal panen bisa berarti kebangkrutan.
Permasalahan tidak berhenti sampai di sana biasanya petani tambak udang tidak memiliki modal cukup untuk memulai menanam benih udang. Selain mencari investor petani seringkali meminjam uang dengan bunga tinggi, maka jika hasil panen yang diharapkan gagal maka kehilangan lahan tambak sebagai sumber penghasilan tak terhindarkan.
Mengenal Udang Vaname
Tahun 2015-2020 Indonesia berkontribusi terhadap pemenuhan pasar udang dunia rata-rata sebesar 6,9 persen. Kebutuhan dunia akan produk udang merupakan pangsa pasar yang besar dan jika diolah secara maksimal bisa menjadi salah satu andalan devisa negara. Akan tetapi menjadi petani tambak udang bukan perkara mudah dari sekian banyak benih yang disebar biasanya hanya sekitar 50% saja yang berhasil dipanen. Sementara biaya operasional satu tambak sangat besar. Modal yang ditanam untuk satu kali masa panen sering menjadi permasalahan petani tambak udang. Beberapa hal yang menjadi penyebab gagal panen adalah faktor penyakit dan kondisi air. Selain itu bencana alam seperti banjir juga sering menjadi permasalahan bagi petani udang.
Salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2022 adalah Paundra Noorbaskoro. Lelaki asal Pacitan Jawa Timur ini layak menjadi kandidat penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2022 karena usahanya dalam membantu petani udang vaname.
Sebagai informasi udang vaname, adalah salah satu jenis udang yang biasa dibudidayakan hingga bisa mendatangkan rupiah. Udang vaname ini nikmat untuk disantap para pencinta kuliner seafood.
Udang yang satu ini sebenarnya berasal dari Amerika Latin, namun kini sudah berhasil dibudidayakan di Tanah air. Udang ini dikenal punya ketahanan terhadap penyakit yang cukup baik. Udang ini juga punya laju pertumbuhan yang cepat dengan masa pemeliharaannya udang vaname berkisar 90 hingga 100 hari.
Bukan cuma itu, agar didapat satu kilogram daging, udang ini hanya memerlukan pakan sebanyak 1,3 kg saja. Kisaran harga udang vaname ini cukup menggiurkan saat dijual karena ada di kisaran Rp 75.000,00 hingga Rp. 120.000,00. Jika pembudidayaan Udang Vaname ini berhasil, maka petani bisa berbahagia karena bisa memperoleh rupiah saat panen, namun adakalanya panen mengalami kegagalan. Ketika panen gagal maka petani hanya bisa gigit jari karena tak jadi mengais rejeki.
Yuk, Kenalan dengan Paundra Noorbaskoro
Adalah Paundra Noorbaskoro yang memperhatikan kondisi lapangan petani tambak udang vaname. Ketika hasil panen udang vaname yang seharusnya melimpah namun malah gagal panen, Pemuda asli Pacitan ini merasa prihatin. Dirinya melihat banyak masalah yang dialami oleh petani tambak udang vaname. Di saat gagal panen terjadi banyak petani yang mengalami kebangkrutan dan tidak mampu melanjutkan usaha tambak.
Karena hal inilah Paundra Noorbaskoro melakukan riset yang berkaitan deng budidaya udang vaname. Baginya penting untuk menemukan hambatan apa yang dialami petani tambak udang agar para petani tak lagi gagal panen. Paundra merupakan anak pertama dari 3 bersaudara yang lahir di keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kecintaannya pada dunia laut terbentuk semenjak sekolah di SMA Negeri 1 Pacitan. Paundra memang tertarik untuk menekuni bidang kelautan perikanan . Kecintaan Paundra pada dunia laut terbentuk karena memang lingkungan tempat tinggalnya berada di wilayah pesisir ujung timur bagian Selatan Pulau Jawa. Kota Pacitan terkenal dengan pantai-pantainya yang sangat indah.
Terbiasa dengan kehidupan pesisir membuat Paundra yang semenjak SMA tak asing berinteraksi dengan warga sekitar akrab dengan keseharian petani tambak udang. Melihat sendiri jatuh bangun para petani udang vaname membuatnya makin tergugah untuk mendapatkan ilmu yang mumpuni.
Tahun 2010, Selepas lulus SMA Paundra memilih untuk Melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Brawijaya Malang jurusan S1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jurusan ini dipilihnya semata untuk semakin memperkuat kecintaannya pada dunia perikanan dan Kelautan.
Penelitian Paundra Noorbaskoro Ciptakan Sistem Internet of Things Jaga Kualitas Air Laut
Berhasil menamatkan kuliah pada tahun 2018, dirinya memanfaatkan lahan milik keluarga, Paundra kemudian memulai riset kolam bundar dengan ukuran diameter tiga meter. Setelah itu Paundra menebar bibit udang vaname dan mengidentifikasi jenis penyakit serta mengirimkan sampel untuk uji laboratorium. Ternyata usahanya tak langsung menemukan hasil. Hasil penelitian selama 3 tahun mengalami kegagalan.
Tak menyerah dengan kegagalan yang dialami, Paundra kembali bangkit dan mencoba lagi hingga Keberhasilan baru dirasakannya pada tahun 2021. Ia berhasil meracik sebuah formula serbuk . Bukan hanya itu, ia juga berhasil memantau lewat monitoring untuk menjaga kualitas air berbasis pencatatan data secara digital (IoT).
Sistem Internet of Things tersebut dikembangkannya dengan teknologi sensor monitoring kualitas air laut 4 in 1 – 1. Produk yang diciptakannya ini mampu mendeteksi 4 parameter salinitas, DO, suhu dan PH – yang kemudian ditampilkan di layar PC yang terintegrasi ke sistem data monitoring secara real time.
Berkat hasil ciptaannya ini Paundra telah sukses meningkatkan keberhasilan panen tambak udang dari awalnya 50% menjadi 90%. Hasil ini adalah yang terbaik dan jika bisa dijaga konsistensinya maka petani tambak udang akan merasakan manfaatnya. Diluar faktor alam, hasil panen udang yang tinggi karena pemakaian teknologi yang mampu mengurangi tingkat kegagalan panen merupakan harapan bagi petani udang.
Apa yang dilakukan Paundra ini membuatnya layak untuk dinobatkan sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2022.
Penghargaan SATU Indonesia
PT Astra International Tbk memberikan apresiasi bagi generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air melalui Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Apresiasi Astra yang diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Paundra Noorbaskoro berhasil menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia pada tahun 2022 bidang teknologi. Pemuda Indonesia yang berprestasi dan memberi dampak positif bagi masyarakat seperti Paundra sudah selayaknya mendapat dukungan dari semua pihak untuk terus berkarya bagi bangsa Indonesia.
Kepedulian Paundra dalam meneliti masalah udang vaname menjadi salah satu usaha untuk mensejahterakan petani udang. Petani udang bisa menikmati setiap hasil panen udangnya tanpa harus khawatir menghadapi kegagalan.
Saat ini Paundra sudah berhasil memperluas kerjasama dengan beberapa petani tambak udang di sekitar desanya. Jika teknologi ini bisa diterapkan kepada seluruh petani tambak udang di Indonesia maka kebutuhan udang dunia bisa dipenuhi dari Indonesia. Dari Pacitan sebuah kota kecil di Jawa Timur, Paundra Noorbaskoro menciptakan teknologi digitalisasi budidaya udang, sebuah rintisan untuk Indonesia yang lebih baik hari ini dan masa depan.
Salam
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia